Masyarakat Patani merasa aksi kekerasan dan tuduhan yang dilakukan oleh Pemerintah Thailand ini sebagai usaha menindas hak pendidikan yang harus didapat oleh Masyarakat Patani.
Daerah
Selatan Thailand meliputi Provinsi Yala, Pattani, Narathiwat, Setul dan Songkla
mayoritas penduduknya beragama Islam etnis Melayu.
Semenjak
terjadinya kekerasan di wilayah ini mulai dari tahun 2004 sampai saat sekarang,
sepertinya tidak ada memberikan tanda – tanda akan berakhir, tapi justru malah
semakin meningkat, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh DEEP SOUTH WACH
( DSW ) sebuah badan pemantau keadaan di wilayah sempadan selatan, terdapat
5712 orang korban tewas dan lebih 10.000 orang terluka.
Ini
belum lagi kebijakan tembak di tempat yang dikeluarkan oleh Thaksin untuk para
pengedar dadah atau narkoba. Ribuan orang telah menjadi korban pembunuhan ala
petrus atau penembak misterius seperti terjadi di Indonesia periode 1970-an.
Keadaan
ini tidak bisa dilepaskan dari faktor
“ Internal Colonialisation “ antara British ( Inggris ) dan Siam
( Thailand ) dalam sebuah perjanjian Anglo Siamese tahun 1909 , yang menjadikan
wilayah Selatan Thailand sebagai bagian dari wilayah Negara Siam ( Thailand )
hal ini memicu munculnya kelompok – kelompok Pejuang yang merasa hak mereka dirampas
untuk melakukan perlawanan merebut kembali hak – hak mereka.
Faktor
ini bukan satu – satunya penyebab terjadinya konflik senjata antara pejuang
Selatan Thailand dengan pemerintah Siam ( Thailand ), akan tetapi sikap
diskriminatif pemerintah terhadap umat Islam ( etnis Melayu ) dengan etnis Siam
( beragama Budha ), serta ketidak adilan, pembangunan yang tidak merata,
sehingga selatan
Thailand jauh tertinggal dibandingkan dengan wilayah – wilayah lainnya.
Akibat
konflik ini yang kemudian berlanjut kepada konflik senjata antara militer
Thailand dengan pejuang – pejuang Islam tidak bias dihindari, konsekwensinya
banyak di antara para ulama ( pemuka agama Islam ),ustadz – ustadz, guru dan para Mahasiswa yang menerima
perlakuan buruk dari pemerintah, bahkan di antara mereka ditangkap dan disiksa
tanpa melalui peradilan.
Nestapa
Muslim Selatan Thailand : Ulama, Ustadz, guru dan para Mahasiswa dan Pelajar
muslim ditangkap dan lembaga pendidikan Islam ditutup
Konflik
berkepanjangan ini membawa korban yang tidak sedikit, para Ulama, Ustadz, guru
dan para Mahasiswa dan Pelajar muslim ditangkap dan lembaga pendidikan Islam
ditutup, sedangkan sekolah – sekolah yang masih berjalan.
Seorang
guru muslim berumur 30 tahun juga telah dibunuh dengan tembakan di daerah
Yarang, Provinsi Pattani pada Kamis 24/7/2009. Guru tersebut ditempak saat
dirinya sedang mengendarai sepeda motor dalam perjalanan pulang. Bisa dikatakan
guru tersebut adalah guru keseratus yang dibunuh sejak pecah kerusuhan di
daerah mayoritas muslim tersebut.
Tidak
hanya membunuh umat muslim dan menutup sekolah, tapi pemerintahan Thailand juga
memberangus pondok pesantren yang ada di Pattani. Bagi pondok, pondok yang mau
menuruti tittah pemerintah mereka akan mendapatkan kucuran dana, subsidi dan
bantuan pendidikan. Pemerintah juga akan mengirim guru-guru beragama Budha
untuk mengajarkan Bahasa Siam dan Ilmu-ilmu lainnya di Pondok Tersebut. Maka
terjadilah asimilasi besar-besaran pada bangsa dan budaya Melayu menjadi bangsa
Thai.
Tekanan
demi tekanan untuk menghapuskan sistem pendidikan pondok ini tak pernah surut
sampai hari ini. Pondok sering dijadikan sebagai sasaran militer Thailand.
Mereka menggeledah dan memeriksa dengan paksa pondok-pondok yang dituduh
menyembunyikan para pejuang Patani atau melindungi mereka. Masyarakat Patani
merasa aksi kekerasan dan tuduhan yang dilakukan oleh Pemerintah Thailand ini
sebagai usaha menindas hak pendidikan yang harus didapat oleh Masyarakat
Patani.
Selain
institusi yang menjadi serangan para pengajar di pondok, para ustadz dan juga
dimasukkan sebagai daftar hitam oleh pemerintah Thailand. Mereka dituduh
sebagai pejuang pembebasan Patani. Banyak Ustadz yang dikejar-kejar oleh alasan
ini. Sejak 2004, banyak pula pondok yang akhirnya ditutup oleh pemerintah
Thailand oleh alasan serupa. Kisah pemberangusan pondok di Patani ini bisa
ditelusuri dari penutupan paksa Pondok Tuan Guru Haji Sulong al Fatani yang
bernama Madrasah Al Ma’arif al Wataniyah tahun 1926. Kemudian secara massal
militer Thailand memburu para guru dan Ustadz pasca unjuk rasa besar-besaran
tahunn 1975.
Sejak
bulan juli 2004, Undang-undang Darurat ditetapkan di Thailand Selatan. Korban
akibat dari undang-undang itu dari tahun 2004-2006 sudah melebihi angka 1300
orang. Korban-koran berjatuhan mulai dari pihak Organisasi Pembebasan Patani
(PULO), Mujahidin Islam Patani (MIP), Barisan Revolusi Nasional (BRN), Barisan Nasional
Pembebasan Patani (BNPP), dan Front Persatuan Pembebasan Pattani (FPPP).
Di
Masjid Al Furqan, yang terletak di Desa Air Tempayan, terjadi pembantaian pada
tahun 2009 yang mengakibatkan tewasnya 10 orang kaum Muslimin, dan belasan
lainnya luka-luka. Kejadian keji ini dilakukan di dalam Masjid, tepatnya
setelah kaum Muslimin melaksanakan sholat Isya berjamaah. Kini, di depan masjid
saat ini selalu dijaga oleh penduduk setempat yang dikawal pemerintah Thailand.
Sampai
saat ini ratusan bahkan ribuan umat Patani masih dipenjara. Mereka di penjara
akibat keikhlasan hati mereka untuk menyatakan hak dan juga kesanggupan mereka
untuk perjuangkan sesuatu yang sangat berarti bagi mereka yaitu sebuah
Kemerdekaan Islam bagi tegaknya dienullah di Selatan Thailand.
by....cilla
ไม่มีความคิดเห็น:
แสดงความคิดเห็น