ป้ายกำกับ

วันศุกร์ที่ 22 กุมภาพันธ์ พ.ศ. 2556

PERAN ULAMA DI PATANI



"ketika pemimpin lainnya dalam komunitas meninggalkan 
peranannya, 
tugas kaum ulama 
menjadi semakin
 mendesak lagi"     

                           


   Dalam suatu masyarakat minoritas, seperti masyarakat Melayu-Muslim di Thailand Selatan, tekanan untuk menyesuaikan diri kepada perintah-perintah Syari'ah, sangat kuat. Kaum ulama lebih merasakan tekanan itu dibandingkan dengan orang lain, karena mereka adalah penjaga-penjaga agama. Bagi mereka, lebih daripada bagi yang lainnya dalam komunitas, penerapan Hukum Allah itu menjadi  suatu kewajiban yang mendesak. Dalam periode, ketika pemimpin lainnya dalam komunitas meninggalkan peranannya, tugas kaum ulama menjadi semakin mendesak lagi.
    Terajidi perjuangan ulama di Patani demi menjunjung tinggi panji Islam masih terkenang nama-nama mereka sampai dini hari seperti, terutama sejak perjuangan As-Syahid KH. Sulung, Major Tengku Mahmood Mahyiddin, As-Syahid Husain Cik Mansur, Tengku Abdul Jalal dan KH. Syeik Ahmad Daud Al-Fatani serta beberapa pejuang lain. Ternyata disini bisa kita mengetahui bahwa peran Ulama begitu penting bagi umat Muslim khususnya masyarakat Patani, kaum Ulama menjadi pemegang panji komunitas dan Syari'ah menjadi pola ideal mereka.
   Ketika  Haji Sulung (yang lebih dikenal sebagai Haji Sulung), ketua Dewan Islam Provinsi Patani, memimpin suatu gerakan massa melawan pemerintah pusat dalam 1947, pertimbangannya hanyalah bahwa ia melakukan tugas keagamaannya. ini tidak aneh atau memberatkan, tulisnya dalam kamar penjara.
   “karena tugas saya hanyalah untuk berusaha mengikuti jijak Nabi, Para Shahabat dan tabi'in, untuk menjunjung tinggi kemurnian agama”
     Dengan hal seperti diatas kita tidak ragu-ragukan lagi bahwa mengapa Ulama-ulama di Patani mempunyai pengaruh yang kuat dalam masyarakat Patani. Mereka amat dihormati oleh masyarakat Islam setempat. Mereka berperanan mewarnai pola pemikiran masyarakat sekeliling. Perkara ini sememangnya disedari oleh pemerintahan Thai yang bukan Islam. Pihak kerajaan mengambil langkah mendekati golongan ulama ini dan menjalin hubungan baik dengan mereka. Ini berkemungkinan untuk memenangi hati rakyat agar pihak kerajaan dilihat 'menghormati para ulama' dan mengambil berat kebajikan mereka. Pihak pemerintah menyedari hakikat bahawa rakyat sangat menghormati golongan ini. Dari segi lain, hubungan baik dengan ulama ini adalah bertujuan untuk memantau aktivitas dan pergerakan mereka yang boleh membawa kesan buruk kepada Pemerintah. Bahkan lebih dari itu, sejarah membuktikan bahawa pihak kerajaan 'tidak ikhlas' dalam perkara ini karena mereka juga bertindak tegas dengan menangkap dan memenjarakan para ulama yang disyaki terlibat dalam penentangan kepada dasar dan kebijakkan Pemerintah serta membunuh para ulama dengan cara-cara tertentu.
     Hasil dari diskriminasi dan tujuan buruk dari pemerintah terhadap para-para Ulama maka Terjadi banyak sekali pergerakan dan perlawanan untuk membebaskan Patani dari cengkraman Thailand. Maka tidak heran jika hal ini selalu memunculkan berbagai kelompok pergerakan yang umumnya dimotori oleh ulama Patani. Dalam sejarah perjuangannya., setidaknya ada tiga golongan ulama.
     Ulama yang pertama adalah mereka yang terjun langsung mengangkat senjata. Di siang hari, mereka berprofesi sebagai pendidik, pengacara, pebisnis atau profesi lainnya. Namun pada malam hari mereka menentang senjata dan terjun langsung ke medan pertempuran. Ciri-ciri gerakan ini adalah, mereka menitikberatkan pada ajaran-ajaran (ayat-ayat) yang mengandung Jihad.
Mereka juga menolak pembangunan atau rencana pembangunan dari pemerintah Thailand.
      Ulama yang kedua adalah mereka yang pro terhadap pemerintah Thailand. Kelompok ulama ini memilih bekerja sama dengan Pemerintah Thai, bahkan tidak jarang menjadi kaki tangan Pemerintah Siam ketika ada rencana pembangunan dan menjalankan kebijakkan di Patani. Mereka berpendirian bahwa Islam menjunjung tinggi perdamaian, dan sengaja tutup mata keburukan yang tertimpa diatas Umat Patani untuk  menghindari konflik dengan pemerintah.
      Kemudian tipe ulama yang ketiga adalah mereka yang berada di antara dua kelompok ulama lainnya. Mereka akan bereaksi menentang pemerintah Thailand jika terjadi pembantaian terhadap muslim. Namun mereka akan diam jika merasa tidak terjadi apa-apa. Saat ini fakta bahwa tidak ada seorangpun yang secara terang-terangan mengaku menjadi pejuang, perjuangan dilakukan secara sembunyi-sembunyi (underground).
Dini hari Umat Melayu Patani hanya menanti-nanti akan muncul di kalangan Umat Melayu Patani seorang Ulama serta pejuang yang berkewibawaan seperti Haji Sulong, yang menjadi tokoh idola bagi Umat Patani walaupun Perjuangan haji sulung memang telah berhenti. Jasad Haji Sulung memang raib dan tak pernah ditemukan, tapi semangat perjuangan Patani telah diwariskannya  menjadi aspirasi untuk generasi penerus menyuruti langkah-langkahnya dan unkapannya yang dahulu sedang bergemuruh di dalam hati Anak Melayu Patani yang berbunyi :
Kami, Orang-orang Melayu, menyedari bahwa kami telah ditempatkan di bawah kekuasaan Siam karena dikalahkan. Istilah “Thai-Islam” yang dengannya kami dikenal oleh pemerintah Siam mengingatkan kami kepada kekalahan itu, dan karena itu kami tidak sukai. Oleh sebab itu kami memohon kepada pemerintah untuk menyebut kami  “Melayu-Muslim”, agar oleh dunia luar kami dapat dibedakan dari Thai.
by....Cilla

ไม่มีความคิดเห็น:

แสดงความคิดเห็น